Rabu, 30 November 2011

Bug Peso LostSaga Indonesia yyuuukk ..!! {Tips & Trick (Tugas TIK)}

Peralatan : 

  • Cheat Engine

Cara Penggunaan :

  1. Buka Game Lost Saga nya
  2. Setelah itu lihat sisa Peso
  3. Misal sisanya 5500
  4. Buka Cheat Engine -> Process -> Plugin Container 
    Lalu scan 5500 -> Klik first Scan -> nanti akan muncul adress di samping
  5. Lalu Buka Lost Saga di Tab baru lalu beli Item ( Misalnya Trial hero scrool kan 3000 Peso kalo sudah di beli baru scan sisa Peso yang kamu punya contoh 2500 )
  6. Kembali Ke Cheat Engine ketik 2500 di kotak hex -> Klik Next Scan 
  7. Nanti akan Muncul adress di samping lalu ganti menjadi 999999
  8. Dan lihat Hasilnya


nih ss asli gan .. NO PALSU
Screen Shot


By : Amri S A (8.1/03), Danang J Ditya (8.1/09), Dicky R S (8.1/12), Ricky Satria T (8.1/26) 

Sabtu, 07 Mei 2011

Karoseri Morodadi Prima

 

Merupakan karoseri tertua di Malang yang dahulunya bernama TANAKING. Karoseri bis tertua di Malang ini hingga saat ini masih tetap eksis memproduksi bodi bis beserta interior pendukungnya.

Morodadi Prima didirikan oleh seorang pengusaha dari Malang bernama Bambang Gunawan. Dalam perkembanganya, Morodadi Prima terus memproduksi dan mengembangkan produksinya dalam konsep yang selalu mengedepankan kualitas baik proses maupun matrial. Maka tidak heran jika produksi dari Morodadi Prima benar-benar berkualitas prima dan selalu oke. Siapapun orangnya pasti mengenal Morodadi Prima. Karoseri Morodadi Prima memiliki karakter elegance, harmony dan selalu mengedepankan safety namun tetap mengacu pada model up date.

Sudah banyak perusahaan bis yang mempercayakan penambahan pemasangan sistem air suspension di karoseri ini, yang tidak banyak dimiliki oleh karoseri lainnya. Produksi karoseri Morodadi Prima diantaranya medium bus dan big bus.

Berikut hasil karya karoseri Morodadi Prima

DSCN8040DSCN8044DSCN8101morodadi-new-travego1morodadi-new-travego4

 

Narkoba

Narcotic

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.

Penyebaran

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.

Efek

  • Halusinogen, efek dari narkoba bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain & LSD
  • Stimulan , efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu
  • Depresan, efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw
  • Adiktif , Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam otak,contohnya ganja , heroin , putaw
  • Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian

Jenis

  • Heroin atau diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid. Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin dapat menyebabkan kecanduan.
  • Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.

Kontroversi

Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu. Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi.

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas), juga di pengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreatifitas adalah hasil silangan modern "Cannabis indica" yang berasal dari India dengan "Cannabis sativa" dari Barat, dimana jenis Marijuana silangan inilah yang merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia. Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam golongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin). Marijuana, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.

Pemanfaatan

  • Ganja

Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak. Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan. Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan. Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.

  • Budidaya

    Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.

  • Morfin

    Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.

    Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

  • Kokain

    Kokain adalah senyawa sintetis yg memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman ini biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan "efek stimulan".

    Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif.


 


 

Sabtu, 12 Februari 2011

Toyota Cressida

The Toyota Cressida was a mid-size luxury sedan marketed by Toyota from December 1976[1] to February 1993 through four generations. It was the flagship sedan of Toyota in the United States. The same chassis with slightly different bodies was available in other countries as the Toyota Mark II, Toyota Chaser and Toyota Cresta. The Cressida name was retired in 1992 (1993 in Australia), but the chassis and Mark II, Chaser, and Cresta names continued production in Japan until the early 2000s. Today, the Toyota Mark X is the spiritual successor to the Cressida. In total, Toyota sold 353,053 Cressidas in the United States.

The Cressida was available worldwide in a variety of body styles and engines — including the 6 cylinder G-series, M-series, and the 4 cylinder R-series gasoline engines, as well as the 4 cylinder L series diesel.

The name Cressida derives from the lead character in William Shakespeare's play Troilus and Cressida.

First generation (X30, X40; 1976–1980)

The first generation Cressida (designated X30 series) was available as a sedan(X30, X32), estate wagon (X35, X36) or hardtop coupe (X30, X31). In Japan, it was sold as both the Toyota Mark II and the more upmarket Cressida.

Depending on the market it was sold in, it had the 4M carbureted engine (MX32, MX36), the 18R engine (RX30, RX32, RX35) or 3T engine (TX30). The North American models started with the carbureted 4M engine (MX32) but in mid 1978 the fuel injected 4M-E replaced its carbureted counterpart – this was one of the first Toyotas in the US to use fuel injection. In 1979, the MSRP in the US was US$9,190. In New Zealand, where it was locally assembled and sold in a highly specified GL form, it had the 18R engine.

Standard features included air conditioning, automatic transmission (a 5-speed manual was available), power steering, rear seat armrests, AM/FM cassette stereo with amplifier, reclining front seats, and a rear window defroster. The automatic transmission was a four speed overdrive with an overdrive lockout. Power windows were optional. Soundproofing was extensive, and the Cressida was famous for being one of the quietest cars on the road at the time.


1977 Toyota Cressida Coupe

In the United Kingdom, the Cressida was available in both sedan and wagon bodystyles. The only engine available was the 18R and there was one trim level, badged De Luxe. Contrary to popular belief, it was not the same as DX specifications on other Toyota cars, but a more upmarket version of the DX trim level. The Toyota Carina sedan and wagon also sold in the United Kingdom at this time were also badged as De Luxe (but rebadged as DX from 1980 onwards).


Second generation (X50, X60; 1980–1984)

The second generation Cressida, the MX63, was a significant redesign from the previous generation. Gone was the coupe version, but a more up-to-date body style was new for the sedan and wagon. Changes from the previous generation included a larger engine, now up to 116 hp (87 kW) (and using electronic fuel injection). The 5M-E would power the 1981 and 1982 models before it was superseded by the 5M-GE, a DOHC engine with a substantially higher power rating, 143 hp (107 kW) in 1983 and 156 hp (116 kW) in 1984.

This model was again assembled in New Zealand with a two-litre, four cylinder petrol engine and five-speed manual or three-speed automatic transmission.

In 1983, the Cressida was refreshed and gained an independent semi-trailing link rear suspension, rear vented disc brakes, and the 5M-GE engine. The technology came from the Toyota Supra parts bin with minor differences. A 5-speed manual transmission was available, but cars equipped with it were considerably more rare than automatic versions. The electronically-controlled A43DE automatic transmission was another improvement over the previous hydraulically-controlled A43DL transmission and had three modes: Power, Normal, and Economy. This iteration was praised for its handling, ride, quiet interior, and most of all, its reliability; the Cressida was quickly gaining a reputation for outstanding ownership.

In August 1983, Toyota chairman Eiji Toyoda initiated the F1 project ("Flagship" and "No. 1 vehicle"; alternatively called the "Circle-F" project), a clandestine effort aimed at producing a world-class luxury sedan for international markets.[2][3] This led to the creation of an all new, full size luxury sedan designed for export markets and was called the Lexus LS.

US federal law required saw the introduction of automatic seat belts which consisted of a motorized shoulderbelt that was deployed in the closed position when the door was closed and the ignition on. The Cressida was the first automobile produced with the motorized shoulder belts.

New Zealand versions were offered with both two-litre four (mid-range trim) and six cylinder (high trim levels) and the top level was the first Toyota there to have air conditioning as standard.

Third generation (X70; 1984–1988)

In 1984 for the 1985 model year, a new Cressida was introduced by Toyota. This was the MX73 (MX72 for wagon). The 5M-GE engine was mostly unchanged from the 1984 model year but gained a knock-sensor, which detected pre-ignition and adjusted timing accordingly when a lower-grade fuel was used. The bodystyle was all-new, larger, and more aerodynamic than previous generations. Interestingly, like its main competitor at the time, the Nissan Maxima, it was given the "compact" design, though it had grown in size. New options included were an electronic shock absorber control (TEMS), CD player, super monitor, digital gauges, standard woodgrain trim, and secondary radio controls that were placed right by the steering wheel for easier access while driving. The automatic transmission retained its Normal/Power selector as many other Toyotas would, but later in production, the Economy selection was dropped. In 1987 the automatic transmission was changed to the A340E that was also used with the 7M-GE and Lexus 1UZ-FE engine at the time. The 1988 model was not offered with a manual transmission and the wagon was discontinued in 1987. By 1988, power output was at 161 hp (120 kW). In Chile, the Cressida was imported by the army to be used for brigadiers and colonels.


Fourth generation (X80; 1988–1992)

Toyota introduced the slightly larger fourth generation of the Cressida, the MX83, in 1988 for the 1989 model year — the final generation for the Cressida in North America.

Standard features included a new "semi lock" transmission that did not engage out of park unless the driver put their foot on the brake pedal and the new, more powerful 3.0 liter Toyota 7M-GE engine. This engine produced 190 horsepower (140 kW) at 6000 rpm and 185 ft·lbf (250 Nm) at 4800 rpm. As with previous generations, technology was shared with the Toyota Supra. In addition to the powertrain, the brake and suspension technology were modified versions of the Supra.

Equipment included power windows, power locks for the doors, cruise control, and automatic transmissions. Options included anti-lock brakes, leather seating, one-touch power moonroof, a single disc CD player, and leather upholstery with power adjustments for the driver and front passenger's seats. It also offered a full-sized spare wheel and tire. 1989 and 1990 models featured a powered remote control for the HVAC controls which slid out of the dashboard.

The 1991 model (introduced in 1990) was slightly restyled including its grille, the addition of the new Toyota "T" globe logo, slight interior tweaks, and redesigned aluminium alloy wheels. 1992 models were mostly a carryover from the 1991.

Cancellation and succession

In Japan, the Mark II, Chaser and Cresta continued beyond 1992, but the Cressida name was retired. The X chassis code for Cressidas remained under the Mark II, Chaser, and Cresta names for several years. The Chaser and Cresta went on for two more generations until 2000, when they were replaced by the short lived Toyota Verossa. The Mark II was succeeded by the Mark X in 2004, although the Mark II Blit, a wagon variant, was still sold.

In Australia, the Cressida was sold from April 1977 to February 1993, when it was replaced by the Vienta (and later the Avalon in the full-size bracket).

The Cressida also played a part in the design of the first Lexus models, most closely resembling the LS 400. However, some of the shared concepts and similarity between the Cressida and early Lexus models in turn led to the decision to eventually discontinue the Cressida in most markets, as it would overlap with vehicles sold under the Lexus marque. The 1992 redesign of the Camry and introduction of the XLE V6 model helped cover the Cressida's market as well, despite the fact the Camry was a front wheel drive vehicle and the Cressida was rear wheel drive.

The introduction of the Toyota Avalon in the American market in 1995 filled the gap left by the cancellation of the Toyota Cressida in 1992. The Avalon was a front-wheel drive full-size car, powered by a V6 engine, as the third-generation Camry remained in the mid-market but now had grown in proportions to be classified as a mid-size. The Cressida was an upper-level mid-size rear-wheel drive car with a straight-6 engine, as the mid-market second-generation Camry was still classified as a compact car in the early 1990s.